SEJARAH
SINGKAT PT POS INDONESIA
Ø 1746
Kantor pos pertama di indonesia ada di batavia didirikan oleh Gubernul Jendral GW Baron.
Kantor pos pertama di indonesia ada di batavia didirikan oleh Gubernul Jendral GW Baron.
Ø 1906
Post Telegraafeend Telefoon Diensts
Post Telegraafeend Telefoon Diensts
Ø 1945
Jawatan PTT republik indonesia ditandai dengan pengambil alihan kantor pusat PTT di bandung oleh angkatan muda PTT dari pemerintahan tentara jepang, tanggal tersebut diperingati sebagai hari bakti postel.
Jawatan PTT republik indonesia ditandai dengan pengambil alihan kantor pusat PTT di bandung oleh angkatan muda PTT dari pemerintahan tentara jepang, tanggal tersebut diperingati sebagai hari bakti postel.
Ø 1961
Berdasarkan peraturan pemerintah tahun no 240 tahun 1961 status ptt berubah menjadi perusahaan negara ( PN ) pos dan telekomunikasi.
Berdasarkan peraturan pemerintah tahun no 240 tahun 1961 status ptt berubah menjadi perusahaan negara ( PN ) pos dan telekomunikasi.
Ø 1965
PN pos dan telekomunikasi dibagi menjadi dua yaitu PN pos dan
giro berdasarkan peraturan pemerintah no 29 tahun 1965 dan PN telekomunikasi
berdasarkan peraturan pemerintah no30 tahun1965.
Ø
1978
Berdasarkan
peraturan pemerintah no 9 tahun 1978 , status PN pos dan giro diubah menjadi
perusahaan umum ( perum ) pos dan giro.
Ø
1995
Dasar hukum : undang-undang no 1 tahun 1995 tentang perusahaan perseroan. Peraturan pemerintah ri no 5 tahun 1995 tentang pengalihan bentuk perusahaan umum atau perum pos dan giro menjadi persero. Maka pada Juni 1995 berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero).
Dasar hukum : undang-undang no 1 tahun 1995 tentang perusahaan perseroan. Peraturan pemerintah ri no 5 tahun 1995 tentang pengalihan bentuk perusahaan umum atau perum pos dan giro menjadi persero. Maka pada Juni 1995 berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero).
270 TAHUN POS INDONESIA Perbesar Komitmen
Melayani Rural Area
Tahukah Anda
pemberian kode pos di wilayah perbatasan adalah bagian dari strategi menjaga
keutuhan wilayah NKRI? Sejarah mencatat, Amerika Serikat memberi kode pos dan
mendirikan kantorpos di Alaska, meskipun secara bisnis tidak akan mendorong revenue.
Tetapi dengan itu AS sudah mengamankan kawasan Alaska agar tidak dicaplok
negara lain.
Melihat kasus AS
menunjukkan bahwa betapa pentingnya peranan kode pos dan kantorpos bagi
keutuhan wilayah Negara. Begitu juga dengan PT Pos Indonesia (persero), selama
270 tahun telah berperan dalam melayani hingga wilayah perbatasan, baik
semenjak masa kolonial maupun masa kemerdekaan. Sebenarnya, yang lebih mendasar
dari fungsi pendirian Kantorpos dan menentukan kodepos bahkan menerbitkan
prangko adalah bukti pengakuan suatu negara terhadap kedaulatan suatu negara
lain di dunia. Itulah sebabnya
setelah bangsa Indonesia merdeka, para pejuang Indonesia yang bergerak di Pos,
Telepon dan Telegraf (PTT), sebelum menjadi PT Pos Indonesia, memesan prangko
dari Vienna (Eropa) dan Philadelphia (AS) guna menunjukkan bahwa negara baru
telah lahir, dibuktikan dengan beredarnya prangko resmi Indonesia.
Ringkasan sejarah
tersebut menunjukkan betapa pentingnya peran Pos Indonesia dalam mengamankan
wilayah perbatasan. Hingga saat ini, komitmen menjaga dan melayani masyarakat
hingga daerah perbatasan terus ditingkatkan. Selama 270 tahun, PT Pos Indonesia
(Persero) melayani segala urusan pengiriman barang, surat hingga uang.
Direktur Utama Pos
Indonesia Gilarsi W. Setijono mengatakan, zaman boleh berubah, tetapi komitmen
menyatukan Nusantara tetap menjadi prinsip yang tak bisa tergantikan.
Keberadaan Pos Indonesia sejak 26 Agustus 1746, turut mewarnai sejarah bangsa
Indonesia. Menurutnya, dalam konteks
perjuangan yang lebih luas, Pos Indonesia ikut membangun perekonomian, dan
berperan penting dalam bidang sosial politik. Perseroan memiliki peran
strategis dalam menjaga kedaulatan negara yaitu merekatkan komunikasi,
menggerakkan perekonomian rakyat, maupun perantara efektif hubungan dengan
berbagai institusi.“Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan layanan terutama
bagi rural area, dengan cara melakukan modernisasi dan mengoptimalkan sumber
daya yang ada. Apalagi, menghadapi perkembangan teknologi informasi (TI) yang
kian canggih, harus disikapi secara realistis,” ujarnya, Senin (8/8/2016).
Pada
perkembangannya, Pos Indonesia mengalami pasang surut. Sejak tahun 2000 banyak
pihak yang skeptis, seakan-akan Pos Indonesia akan mati. Tetapi justru dengan
perkembangan teknologi informasi yang pesat itulah Pos Indonesia bangkit dan
memperoleh energi baru. Gilarsi
menuturkan, perseroan mendekatkan diri dengan teknologi, sebagai kunci utama
untuk bangkit dengan membuka lebar berbagai peluang. Salah satunya memberikan
kemudahan pengiriman jasa keuangan yang sangat membantu masyarakat khususnya di
daerah.
Pos Indonesia justru merasa tertantang untuk bisa meningkatkan layanan ke wilayah pelosok. Gilarsi melihat kesenjangan antara kota dan desa masih menjadi isu krusial di Indonesia hingga saat ini.
Pos Indonesia justru merasa tertantang untuk bisa meningkatkan layanan ke wilayah pelosok. Gilarsi melihat kesenjangan antara kota dan desa masih menjadi isu krusial di Indonesia hingga saat ini.
Kondisi mayoritas
warga yang tinggal di pelosok desa dan daerah perbatasan pada umumnya hampir
sama, yakni merata pendapatannya rendah, sedangkan harga-harga berbagai
komoditas harus dibayar lebih mahal. Sebaliknya,warga di perkotaan pada umumnya
memiliki pendapatan cukup tinggi, dan harga-harga lebih murah dibandingkan
dengan perdesaan. Tak heran jika
rasio gini Indonesia pada September 2015 masih 0,40 yang menandakan tingkat
ketimpangan ekonomi penduduk Indonesia masih tinggi. Melihat fenomena
tersebut, PT Pos Indonesia (Persero) sebagai BUMN dengan jaringan kantor
terluas di Indonesia merasa tantangan untuk bisa membantu menjembatani masalah
disparitas tersebut.
Gilarsi
mengungkapkan, perseroan sejak lahir mengemban dua misi sekaligus. Pertama sebagai perpanjangan pemerintah
dalam konteks pembangunan, terutama untuk menjangkau masyarakat hingga ke
daerah-daerah perbatasan agar bisa mendapatkan pelayanan yang baik. Artinya,
fungsi perseroan sebagai agent for development pemerintah harus terus
dijalankan.
Salah satunya melalui layanan Pos Universal, di mana perseroan memberikan layanan yang tidak sepenuhnya biaya tercover di harga. Di sini, Pos Indonesia menjalankan tugas public service obligation sebagai tanggung jawab pemerintah yang dijalankan oleh perseroan. Kedua, Pos Indonesia memiliki misi sebagai perusahaan yang berorietasi pada bisnis, yang memiliki target laba dan tanggung jawab terhadap pemegang saham dengan keharusan berkontribusi menghasilkan dividen dan memenuhi kewajiban perpajakan. “Jadi, perseroan harus terus sehat secara finansial karena memiliki tanggung jawab sosial sekaligus target bisnis yang harus dicapai. Berbeda dengan perusahaan swasta yang hanya berorientasi pada profit,” tegasnya. Pihaknya melihat masalah sistem logistik yang belum berkeadilan, membuat masyarakat yang pedapatannya rendah justru membayar harga komoditas yang tinggi, sedangkan masyarakat perkotaan yang pendapatannya tinggi bisa memperoleh harga komoditas lebih murah.
Salah satunya melalui layanan Pos Universal, di mana perseroan memberikan layanan yang tidak sepenuhnya biaya tercover di harga. Di sini, Pos Indonesia menjalankan tugas public service obligation sebagai tanggung jawab pemerintah yang dijalankan oleh perseroan. Kedua, Pos Indonesia memiliki misi sebagai perusahaan yang berorietasi pada bisnis, yang memiliki target laba dan tanggung jawab terhadap pemegang saham dengan keharusan berkontribusi menghasilkan dividen dan memenuhi kewajiban perpajakan. “Jadi, perseroan harus terus sehat secara finansial karena memiliki tanggung jawab sosial sekaligus target bisnis yang harus dicapai. Berbeda dengan perusahaan swasta yang hanya berorientasi pada profit,” tegasnya. Pihaknya melihat masalah sistem logistik yang belum berkeadilan, membuat masyarakat yang pedapatannya rendah justru membayar harga komoditas yang tinggi, sedangkan masyarakat perkotaan yang pendapatannya tinggi bisa memperoleh harga komoditas lebih murah.
Oleh karena itu, Pos
Indonesia siap meningkatkan perannya agar disparitasnya tidak terlalu jauh,
salah satunya dengan mengoptimalkan kekuatan jaringan agar masyarakat di
pelosok bisa mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga yang wajar. “Kami lebih
mengenal medan Indonesia jauh lebih lama dari perusahaan lain, dan tahu persis
bagaimana menghubungkan antara rural dan urban dengan sangat baik. Pos
Indonesia akan berperan sebagai kepanjangan pemerintah secara efektif, tetapi
dari sisi bisnis bisa tetap menguntungkan,” tutur Gilarsi.
Gilarsi optimistis
perseroan memiliki modal kuat dalam melayani distribusi secara nasional.
Penguasaan pengetahuan dan pengalaman tentang pasokan dan permintaan,
diharapkan bisa mengurangi disparitas yang terjadi di perdesaan. Apalagi
didukung dengan infrastruktur yang lebih baik yang tengah digencarkan
pembangunannya oleh pemerintah. Selain itu, pihaknya juga memperkuat
pengetahuan tentang peta komoditas agar biaya distribusi komoditas bisa
dipangkas semakin efisien, khususnya untuk distribusi ke wilayah-wilayah
pinggiran. “Misalnya kebutuhan
pupuk, semen, bahan pangan harus didatangkan dari daerah produsen terdekat
dengan desa, sehingga biaya distribusi tidak terlalu tinggi dan harga yang
harus dibayar masyarakat juga tidak mahal.”
Menurutnya, hal-hal
tersebut harus bisa diantisipasi, dengan cara mengatur pemetaan antara pusat
komoditas dengan daerah tujuan distribusi secara jelas agar biaya distribusi
bisa efisien. Saat ini, Pos Indonesia tengah melakukan big data analytics
dengan mengintegrasikan antara demand dengan supply, antara pusat komoditas
dengan daerah tujuan agar bisa didistribusikan seefisien mungkin. “Prinsipnya,
jarak semakin dekat maka semakin efisien. Pos Indonesia berperan menjadi
fasilitator agar bisa tercipta sistem logistik yang murah.” Baginya, apabila efisiensi sistem
logistik hanya mengandalkan pada pembangunan infrastruktur maka prosesnya
terlalu lama karena pembangunan sarana fisik seperti jalan, jembatan, dan
pelabuhan membutuhkan biaya besar dan waktu yang lama.
Oleh karena itu,
cara paling cepat yang diperkuat Pos Indonesia adalah dengan membangun
knowledge yang dikuasai agar memberi nilai tambah bagi pengembangan bisnis
perseroan dan kemampuan pelayanan terhadap masyarakat. “Karena kita punya semua
informasinya. Bagaimana ini bisa menjadi sebuah knowledge yang sangat terbuka.
Ini yang kita petakan agar sistem logistiknya semakin efisien.” Menurutnya,
semua jenis komoditas dasar harus bisa didistribusikan dengan mudah dan bisa
diperpendek. Dengan pemetaan komoditas tersebut bertujuan agar perseroan bisa
mengelola distribusi dengan cara yang terpendek.
“Saat ini, biaya pengiriman barang dari Hong Kong ke Jakarta lebih murah dibandingkan dengan dari Kupang ke Jakarta. Itu kan enggak masuk akal. Itu problem knowledge dan infrastruktur.”
“Saat ini, biaya pengiriman barang dari Hong Kong ke Jakarta lebih murah dibandingkan dengan dari Kupang ke Jakarta. Itu kan enggak masuk akal. Itu problem knowledge dan infrastruktur.”
Pos Indonesia
berkomitmen menjadi perusahaan terdepan yang bisa memenuhi berbagai kebutuhan
komoditas dasar bagi masyarakat di perdesaan dan daerah perbatasan agar bisa
mendapatkan harga yang lebih murah dengan cara menciptakan system distribusi
yang paling efisien. “Pos Indonesia ini dekat dengan masyarakat di perdesaan.
Bahkan, tingkat ketergantungan masyarakat di perbatasan terhadap Pos sangat
besar, karena swasta belum ada yang bisa melayani. Jadi, kami bisa perbesar layanan
di perdesaan dengan memasok berbagai komoditas yang dibutuhkan.”
Selain itu, Pos
Indonesia juga terus melakukan berbagai pembenahan dalam manajemen operasional
dan sistemnya. Saat ini perseroan tengah membangun pusat pemrosesan seluruh
barang kiriman di 11 processing center. Hal tersebut merupakan bagian dari
strategi dalam memangkas jalur distribusi agar semakin pendek dan efisien.
Dengan begitu, perseroan bisa meningkatkan kapasitas layanan yang lebih besar
lagi, di tengah membanjirnya distribusi barang yang timbul dari geliat
e-commerce.
DUKUNG E-COMMERCE, PT POS INDONESIA AKAN DIREPOSISI
PT Pos
Indonesia akan bergerak menjadi salah satu tulang punggung logistik e-commerce
Indonesia, sehingga akan melakukan reposisi dalam waktu dekat. Langkah ini
diambil menilik pada animo tingginya perkembangan bisnis perdagangan elektronik
(e-commerce) di Indonesia. PT Pos Indonesia berharap, sebagai perusahaan pos
tertua di Indonesia, Pos Indonesia bisa memanfaatkan momentum dan mengambil
ceruk keuntungan dari ekosistem bisnis yang tengah populer.
"Kebijakan
reposisi ini akan mentransformasi PT Pos yang sekarang agar tidak lagi
orientasinya pada pengiriman surat tetapi juga menjadi tulang punggung logistik
e-commerce Indonesia," ujar Menteri Komunikasi dan Informatika
(Menkominfo) Rudiantara di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian,
Jakarta, Jumat (11/11/2016), seperti dilansir Antara.
Bisnis surat
PT Pos Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun ini,
penurunan mencapai lebih dari lima persen. Salah satu penyebab yang dirasakan
adalah berkembangnya gelombang baru era digitalisasi. Karena itu, reposisi
dicanangkan sebagai inisiatif untuk tidak lagi bergantung pada layanan postal
serta menjadi respons atas perkembangan teknologi dan informasi. Rencananya, PT
Pos Indonesia akan mengalami penambahan fungsi dalam sektor pengurusan logistik
guna membantu perusahaan e-commerce. Tindakan ini bertujuan untuk menekan biaya
pengiriman, terutama bagi perusahaan yang belum memiliki jasa logistik sendiri.
Dengan lebih
dari 3.000 kantor yang tersebar di seluruh Indonesia, PT Pos Indonesia memiliki
skala ekonomi yang besar dan dianggap efisien untuk mendukung efisiensi biaya
dalam bisnis e-commerce. "E-commerce players tidak perlu membuat sendiri
divisi logistiknya, tetapi bisa lebih efisien kalau ada satu platform logistik
yaitu PT Pos," tambah Rudiantara seperti dilansir Antara. Reposisi PT Pos
Indonesia merupakan salah satu kebijakan yang diatur dalam paket kebijakan XIV
tentang roadmap e-commerce. Melalui rencana ini, diharapkan pelaku bisnis
e-commerce mampu mendorong perluasan pasar serta meningkatkan kegiatan ekonomi
masyarakat.
Paket
kebijakan tersebut diumumkan pada Kamis (10/11/2016) malam sebagai upaya
pemerintah mengembangkan e-commerce yang nilai transaksinya bisa mencapai 130
miliar dolar AS pada 2020. "Kalau kita mencapai 130 miliar dolar AS pada
2020, mungkin itu sudah mencapai kurang lebih 10 persen dari PDB
Indonesia," kata Rudiantara. Bukan hanya online retail, potensi e-commerce
yang diprediksi bakal berkembang pesat adalah sektor jasa, terutama jasa
pemesanan tiket dan hotel.
PT POS YAKIN PEROLEH PENDAPATAN Rp 80 T DALAM 5 TAHUN
Direktur
Utama PT Pos Indonesia (Persero) Gilarisi Wahyu Setijono yakin bahwa PT
Pos dapat meraup pendapatan sebesar Rp80 triliun dalam jangka waktu lima
tahun ke depan seiring dengan cepatnya pertumbuhan industri e-Commerce. Ia
mengatakan ada potensi pendapatan sekitar Rp300 triliun yang bisa diraih dari
nilai industri eceran yang sebesar Rp 6.000 trililun dalam jangka waktu
tersebut
tirto.id - PT
Pos Indonesia (Persero) berambisi untuk dapat meraup pendapatan (revenue)
sebesar Rp80 triliun atau sebesar 16 kali lipat dari pendapatan tahun 2015 yang
sekitar Rp 5 triliun dalam jangka waktu lima tahun, seiring dengan kecepatan
pertumbuhan industri e-Commerce yang
dapat menunjang industri logistik. "Memang kalau dalam konteks pemikiran
tradisional, lompatan pendapatan itu terasa tidak realistis. Namun kami yakin
ini bisa karena perubahan-perubahan bisa terjadi dengan cepat," ujar
Direktur Utama PT Pos Indonesia Gilarsi Wahyu Setijono dalam sebuah
perbincangan di Gedung Pos Ibu kota, Jakarta.
Wahyu
mengambil contoh perkembangan yang terjadi di dunia teknologi informasi yang
hanya membutuhkan waktu singkat. Internet yang dahulu hanya bisa diakses di
rumah dan kantor, hanya dalam jangka waktu beberapa tahun, kini dapat
diakses dalam genggaman. Inilah yang menjadi target pasar utama PT Pos
Indonesia untuk mendapatkan nilai revenue yang
tampak tidak masuk akal tersebut. Apalagi, lanjut Wahyu, semakin umum
penggunaan internet membuat belanja melalui daring/dalam jaringan atau internet
(e-Commerce)
semakin marak, keamanan pembayaran semakin membaik dan cakupan frekuensi sinyal
(bandwidth)
terus merata. Ujungnya, nilai perdagangan elektronik juga akan semakin
bertumbuh. Wahyu memperkirakan nilai penetrasi e-Commerce Indonesia
bisa mencapai 6-7 persen dalam lima tahun ke depan dari nilai industri eceran
("retail industry") yang senilai Rp6.000-an triliun. "Artinya
akan ada sekitar Rp300-an triliun yang bisa diraih," tutur Wahyu.
Untuk
mewujudkan ambisi tersebut, PT Pos Indonesia pun melakukan pembenahan di sektor
logistik yang merupakan satu dari tiga inti bisnis PT Pos selain jasa kurir dan
layanan keuangan. Wahyu melanjutkan, perusahaan yang dipimpinnya membutuhkan
modal sekitar 250 juta hingga 300 juta dolar Amerika Serikat untuk membangun
semua lini demi mencapai target ersebut.
Namun,
karena dana tersebut cukup besar, PT Pos mengakalinya dengan banyak menjalin
kerja sama dengan perusahaan swasta dan, terutama, Perusahaan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). "Kami berusaha untuk selamat dengan kemampuan diri kami
sendiri dan menjalin sinergi dengan perusahaan-perusahaan BUMN lain seperti
Angkasa Pura, PGN, Telekomunikasi Indonesia, Bulog, Garuda Indonesia, KAI dan
lain-lain," tutupnya.
MEDIA SOSIAL PT POS
INDONESIA
Sebagai wadah
informasi dan salah satu kegiatan pemasaran PT Pos Indonesia memiliki beberapa
media sosial, diantaranya adalah:
1. WEBSITE
2. INSTAGRAM
3. FACEBOOK
4. TWITTER
REFERENSI:
https://tirto.id/pt-pos-yakin-peroleh-pendapatan-rp-80-t-dalam-5-tahun-8P1
https://tirto.id/dukung-e-commerce-pt-pos-indonesia-akan-direposisinbsp-b4gs
http://bumn.go.id/posindonesia/berita/0-270-TAHUN-POS-INDONESIA-Perbesar-Komitmen-Melayani-Rural-Area
REFERENSI:
https://tirto.id/pt-pos-yakin-peroleh-pendapatan-rp-80-t-dalam-5-tahun-8P1
https://tirto.id/dukung-e-commerce-pt-pos-indonesia-akan-direposisinbsp-b4gs
http://bumn.go.id/posindonesia/berita/0-270-TAHUN-POS-INDONESIA-Perbesar-Komitmen-Melayani-Rural-Area
Tidak ada komentar:
Posting Komentar